Thursday, December 15, 2022

Duta Senyum Bumi Rencong

18 tahun berlalu, masih teringat duka di ujung Indonesia. Bumi hingga lautan mendadak terguncang menumpahkan berjuta-juta galon air mata ke jalanan Aceh dan sekitarnya. Raut sedih , cemas bahkan hampa menghiasi akhir tahun 2004.

Entah apa yang dirasakan Rahmad Maulizar kecil kala itu. Pasalnya sebelum bencana Tsunami Aceh terjadi, bocah kelahiran Meulaboh, Aceh Barat 20 September 1993 pun kerap bermuram durja akibat perundungan yang diterima sebab rupa nya yang istimewa nan berbeda sejak lahir. Rahmad Maulizar terlahir dengan kondisi celah bibir langit atau yang familiar terkenal dengan sebutan bibir sumbing.

Celah bibir atau Sumbing merupakan cacat akibat kelainan deformitas kongenital yang disebabkan kelainan perkembangan wajah selama gestasi. Sumbing dapat terjadi pada bibir, langit-langit mulut, ataupun pada keduanya. (wikipedia.com)

Sebenarnya sebelum Tsunami besar melanda Aceh, orang tua Rahmad telah mengupayakan penanganan medis untuk operasi celah bibir nya. Namun beliau menyebutkan hasilnya tak terlalu bagus. Jangan tanya seperti apa rupa nya kala itu. "Bingkai saja tak disisakan sang Tsunami" celotehnya saat menjadi narasumber acara Kick Andy "Saat Tangan dan Kaki Bicara" pada tahun 2018 silam. 

Tak ada potret Rahmad sebagai pasien celah bibir langit yang bisa jadi acuan. Saat ini beredar di sosial media pribadinya justru potret-potret istimewa pasien celah bibir langit yang telah dibantu nya mendapatkan senyum kembali tanpa imbalan yang dipampang secara berkala.

Pasien dan orang tua penerima manfaat operasi bibir sumbing gratis dari SMILE TRAIN Indonesia, Desember 2022

Pertemuan Dengan Takdir

Bermula tahun 2007 saat Rahmad remaja melihat koran di warung kopi yang memuat iklan operasi bibir sumbing gratis di Banda Aceh. Berbinar penuh harapan, Rahmad bergegas menuju Banda Aceh dengan menumpang angkutan umum mencari informasi mengenai operasi bibir sumbing tersebut. Takdir baik mempertemukan nya dengan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekontruksi–Estetik, (almarhum) dr. Muhammad Jailani, SpBP-RE.(K) di rumah sakit Malahayati Banda Aceh. Segera Rahmad mendaftarkan diri untuk ikut program operasi gratis bibir sumbing dari yayasan Smile Train Indonesia.

Proses operasi baru terealisasi saat Rahmad menginjak usia 15 tahun pada tahun 2008 dan selesai tahapan demi tahapan bedah celah bibir langit pada tahun 2011. 

Setelah 18 tahun menjadi pasien celah bibir langit dan akhirnya baru menemukan kembali senyuman, Rahmad bukan nya marah apalagi mendendam, malah hati nya semakin lapang, tangan dan kaki bahkan sudah disiapkan untuk mendapatkan jutaan senyuman adik-adik seperjuangan.



Tak Rela Pengalaman Buruk Terulang

Tak lama berselang, Rahmad bergabung dengan Smile Train Indonesia untuk menjadi sukarelawan. Rahmad tidak rela, informasi bernilai tinggi ini tidak dimanfaatkan maksimal terutama untuk saudara-saudara se-kampung halaman di Aceh. 

Rahmad menuju pelosok pelosok wilayah di Aceh untuk menyebarkan informasi terkait operasi bibir sumbing gratis ini juga yang paling utama adalah edukasi penting nya operasi celah bibir langit demi masa depan yang sangat lebih baik bagi pasien dan juga keluarganya.

Masih ada sebagian masyarakat yang menganggap bahwa bibir sumbing tidak bisa disembuhkan. Banyak juga sebenarnya yang sudah ada niat untuk memberikan tindakan operasi untuk anaknya namun berasal dari kalangan yang tidak mampu untuk membiayai operasi nya atau bahkan yang tinggal di wilayah pelosok. 

Kini, pasien celah bibir langit sudah dapat menggunakan BPJS untuk operasi dengan gratis, namun terkendala dengan biaya biaya di luar operasi yang menyertai menjadi alasan hambatan.

Maka Rahmad mengajak keluarga pasien untuk bisa mendapatkan manfaat dari Smile Train Indonesia seperti dirinya dahulu. Bahkan pasien dari pelosok pun Rahmad sambangi. Sering juga ia menginap di mushola atau rumah pasien karena memang lokasi yang sangat jauh.

Keluarga pasien saat di rumah singgah 

Setelah terjadwal operasi, dengan kendaraan operasional milik Smile Train, Rahmad mengantar pasien ke Rumah Sakit. Keluarga pasien jauh juga bisa menginap di rumah singgah selama menunggu pasien melakukan proses operasi. Semua nya gratis dari relawan dan para donatur dermawan.


Celah Bibir Langit itu...

Smiletrain.org mencatat fakta, secara global 1 dari 700 anak terlahir dengan bibir dan/atau langit-langit sumbing.

Tak ada yang tahu pasti namun sebagian besar ahli setuju bahwa penyebab bibir dan/atau langit-langit sumbing berasal dari multifaktor dan bisa meliputi kecenderungan genetik, begitu pula faktor lingkungan atau nutrisi. Dalam banyak kasus, tidak diketahui apa penyebab bibir dan/atau langit-langit sumbing namun penelitian tetap dilakukan untuk memahami kondisi ini.

Sumbing tak hanya melulu masalah estetika. Drama kesulitan bernafas, mendengar, makan bahkan sampai terhambat berbicara jadi senantiasa menghantui pasien celah bibir langit - langit yang belum mendapatkan penanganan medis.

Tak banyak yang tahu, palatum atau langit - langit merupakan pemisah orofaring dari nasofaring sehingga saat ada celah pada palatum maka terjadi malfungsi saat menelan dan berbicara. 



Maka pasien celah bibir langit saat masih bayi tidak bisa menyusu langsung (direct breast feeding) sehingga harus menggunakan botol atau dot khusus bayi sumbing dengan harga yang cukup tinggi. Yang mana sang Ibu juga harus rela memerah /memompa ASI nya dan dimasukkan kedalam botol untuk sang bayi. Lain lagi cerita saat masuk usia MPASI (Makanan Pendamping ASI ), usia pasien masuk 6bulan akan ada makanan masuk, tak sedikit yang keluar dari hidung karena ada uvula yang tak sempurna. 

Belum lagi masalah telinga , beberapa pasien celah bibir langit punya masalah pendengaran. Karena proses kunyah makanan dan menyusu yang bukan langsung menuju tenggorokan kadang seringnya nyasar ke anggota THT (Telinga-Hidung-Tenggorokan) lainnya.



Juga masalah perundungan yang kerap terjadi di masyarakat bahkan banyak juga yang berasal keluarga sendiri. Terkadang mereka bahkan tidak merasa telah "mem-bully" pasien juga orang tua pasien celah bibir langit. Banyak pertanyaan cibiran dengan dalih peduli padahal nyatanya membuat sakit hati.


Duta Senyum Garda Depan Bumi Rencong 

Salut teramat terhadap Rahmad Maulizar yang mengalami 18tahun kepahitan tapi sekarang malah jadi duta senyum garda depan dari bumi rencong. Bukan hanya kebanggaan warga Aceh, namun menjadi acuan kebaikan bagi pasien maupun penyintas celah bibir langit.


Penerima Apresiasi Satu Award

Rahmad Maulizar merupakan penerima Apresiasi Satu Award bidang kesehatan tahun 2021. Semua yang telah dialami dan dilakukan nya atas nama kebaikan membuatnya sangat pantas menerimanya. 

Penghargaan bergengsi untuk para pemuda bangsa yang terdepan dan teratas dengan inspirasi kebaikan kebaikan tak terbatas.


Beliau yang sudah menamatkan sarjana di Universitas Teuku Umar dan sudah menjadi bapak dari satu orang putri cantik tetap selalu standby di handphone nya ketika ada pasien Celah bibir langit yang membutuhkan bantuannya di sela sela kesibukan nya sebagai pengusaha jasa printing Aceh. 

Bahkan saat ini beliau menjadi kandidat calon Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia wilayah Aceh. Banyak yang mendukung nya karena memang jiwa nya yang merakyat dan penuh semangat kebaikan yang sudah banyak di rasakan masyarakat Aceh.


Semoga beliau senantiasa menjadi pribadi yang hangat dan menebar manfaat. 


Referensi :

E-Booklet 13th SATU Indonesia Awards 2022
https://instagram.com/rahmad_maulizar
https://smiletrainindonesia.org
Https://wikipedia.com
https://kompas.com/regional/read/2021/12/29/105014378/kisah-rahmad-maulizar-antar-5000-anak-bibir-sumbing-dapatkan-operasi-gratis
https://www.radioidola.com/2022/mengenal-rahmad-maulizar-pekerja-sosial-pemberi-senyum-anak-anak-sumbing-di-aceh/











Rahmat Allah Itu Nyata Dan Hati Yang Takut Ketika Ramadhan Berlalu

  Eps.29&Eps.30 Imam Ibnu Qayyim Berbahagialah ketika mengetahui kadar dirinya. Kalau lah masuk neraka dia tahu karena kesalahannya K...